Belajar dari tukang
bakso semoga kita bias menjadi orang bersabar dan ulet serta tekun untukmeraih
mimpi - mimpi yang di cita – citakan semoga bermanfaat amin.
1 Di suatu senja
sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman
di depan rumah,
2 Sambil memperhatikan
beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai.
3 Hujan rintik rintik
selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.
4 Dikala tangan
sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara
tukang bakso dorong lewat.
5 Sambil menyeka
keringat, ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso
setelah menanyakan ke anak-anak, siapa yang mau bakso?
6 "Mauuuuuuuuu.
...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.
7 Selesai makan bakso,
lalu saya membayarnya. ... Ada satu hal yang menggelitik pikiranku, ketika
saya membayarnya?!
8 Si tukang bakso
memisahkan uang yang diterimanya. Satu disimpan dilaci, satu ke dompet, lainnya
ke kaleng bekas kue seperti kencleng (celengan).
9 Lalu aku bertanya
atas rasa penasaranku, "Mang kalo boleh tahu, kenapa uang-uang itu Emang
pisahkan? Barangkali ada tujuan?"
10 "Iya pak,
Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung
hampir 17 tahun.
11 Tujuannya sederhana
saja, Emang hanya ingin memisahkan, mana yang jadi hak Emang, mana yang jadi
hak orang lain/tempat ibadah (sedekah), dan … “
12 ... Dan
mana yang jadi hak cita-cita penyempurnaan iman" "Maksudnya..
...?" saya melanjutkan bertanya.
13 "Iya Pak, kan
agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang
membagi tiga, dengan pembagian sebagai berikut:
14 1) Uang yang masuk
ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari Emang dan
keluarga.
15 2) Uang yang masuk
ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban
16 Alhamdulillah
selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing,
meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
17 3) Uang yang masuk
ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu
Islam.
18 Islam mewajibkan
kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini
tentu butuh biaya yang besar.
19 Maka Emang
berdiskusi dengan istri, dan istri menyetujui, di setiap penghasilan harian
hasil jualan bakso ini, Emang kudu menyisihkan …
20 Menyisihkan
penghasilan untuk tabungan haji. Insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar
2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.
21 Hatiku sangat......
sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang
sangat mulia.
22 Bahkan mungkin kita
yang miliki nasib sedikit lebh baik dari si Emang bakso, belum tentu miliki
pikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu.
23 Dan seringkali
berlindung di balik kata “tidak mampu” atau “belum ada rejeki”. Terus saya
melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut:
24 "Iya memang
bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk
memiliki kemampuan dalam biaya...."
25 Ia menjawab, "
Itulah sebabnya Pak, Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu
ini.
27 Definisi
"mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk
mendefinisikannya sendiri.
28 Kalau kita
mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya
kita akan menjadi manusia tidak mampu.
29 Sebaliknya kalau
kita mendefinisikn diri sendiri, "mampu" maka Insya Allah dengan
segala kekuasaan dan kewenanganNya akan diberi kemampuan kepada kita.
30 "Masya
Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso". Semoga
Bermanfaat! "BelajarDariTukangBakso"